Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy (RSG-GAS) telah beroperasi selama 37 tahun. Tepatnya, mulai beroperasi sejak 1987, dengan daya termal sebesar 30 megawatt.
Hingga saat ini, RSG-GAS dimanfaatkan untuk kegiatan pelatihan dan pendidikan, produksi radioisotop medis dan industri, iradiasi bahan, penelitian neutron, hingga pewarnaan batu topas (gemstone).
Peneliti Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri BRIN Marlina menjelaskan, RSG-GAS telah memproduksi radioisotop yang diaplikasikan di bidang medis, industri, dan lingkungan.
“Pada bidang medis, radioisotop yang diproduksi berupa iodium-131, molybdenum-99/teknesium-99m, fosfor-32, lutesium-177, samarium-153, aurum-196, holmium-166, renium-186/188, gadolinium-153, dan iridium-192. Radioisotop-radioisotop ini digunakan untuk pembuatan radiofarmaka diagnosis dan terapi,” jelas Marlina, dalam keterangannya, Sabtu (14/9).
Pada bidang industri, urai dia, radioisotop yang diproduksi dari RSG-GAS yaitu skandium-46. Sumber tertutup radioisotop skandium-46 digunakan sebagai sumber radiasi gamma pengganti cobalt-60 dalam aplikasi gamma scanning, untuk mendeteksi kerusakan pipa-pipa di kilang minyak.
Sementara di bidang lingkungan, iodium-131 digunakan untuk pembuatan mikroplastik/nanoplastik bertanda.
“Mikroplastik/nanoplastik bertanda iodium-131 digunakan sebagai radiotracer untuk studi bioakumulasi dan biodistribusi mikroplastik/nanoplastik bertanda iodium-131 pada organisme,” imbuh Marlina.
Sementara peneliti Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Anis Rohanda mengungkapkan, lebih dari tiga dekade beroperasi, beberapa komponen reaktor mengalami penurunan kinerja akibat penuaan.
source: brin.go.id